Sebenarnya bukanlah fenomena yang baru di Indonesia. Pada tahun 2010
silam, penculikan FB marak terjadi dengan “irama” yang hampir serupa.
Kenalan, SKSD (Sok Kenal Sok Dekat), menjalin hubungan secara
online,ngajak ketemuan, kemudian menghilang alias diculik oleh pasangan
lelakinya. Entah sebatas dibawa kabur, diajak nikah, ataupun menjalin
hubungan dan atau bahkan diperkosa.
Seperti
yang dialami oleh salah seorang siswi di sebuah SMP swasta di Depok,
AAS (nama samaran) baru-baru ini, yang menjadi korban pemerkosaan
bermodus “jualan cinta” di dunia maya tersebut. Permasalahan sebenarnya
tentu bukanlah soal angka dari duit yang diimingkan pelaku, melainkan
lebih karena faktor kegandrungan yang berlebihan dalam melakukan
hubungan social di facebook. Barangkali, orang yang kenal lewat FB
kemudian diajak ketemuan bagi kebanyakan orang (termasuk AAS) masih
dianggap sebuah pencapaian yang bagus.
Sehingga,
hal itu menjadi sebuah kesempatan emas bagi para pelaku “bisnis”
perdagangan manusia untuk menggunakan FB sebagai alat untuk “memancing”
korban. Al-hasil, FB pun kini mengintai anak sekolahan. Dan AAS
barangkali adalah salah satu korban yang harus menjadi sebuah pelajaran
bagi kita semua.
Ketua
Komnas Perlindungan Anak Indonesia, Arist Merdeka Sirait, menduga kasus
penculikan dan pemerkosaan yang terjadi pada AAS merupakan bagian dari
sindikat perdagangan manusia. “Kita menduga orang-orang ini
(pelaku)adalah sindikat perdagangan manusia,” Katanya Arist seperti ditulis Detik.com, Jumat (5/10/12). Oleh karenanya Arist meminta pihak kepolisian agar mengusut tuntas kasus yang menimpa AAS tersebut.
Seperti
diketahui, kondisi AAS hingga berita ini ditulis sungguh
memperihatinkan, Ia tidak dapat masuk sekolah akibat trauma berat yang
dialaminya.
“Kita
dua hari lalu ke rumahnya untuk memberikan pendampingan. Kondisi siswi
itu masih mengalami trauma berat akibat kejadian yang dialaminya,”
Arist. Tidak hanya AAS, keluarga korban menurut aris juga mengalami hal
serupa. “Keluarga siswi SMP itu juga mengalami trauma, jadi bukan
anaknya saja,” katanya.
Polresta Depok Bentuk Timsus
Sementara itu, untuk
mengusut kasus tersebut secara tuntas, Polresta Depok mengerahkan tim
khusus guna memburu pelaku yang berinisial CP, yang diduga sebagai otak
utama dalam kasus penculikan dunia maya tersebut.
Kapolresta Depok,
Komisaris Besar Polisi Mulyadi Kaharni mengatakan, selain telah
mengerahkan tim khusus, pihaknya juga melakukan langkah koordinasi
dengan jajaran Polres Bogor, Jawa Barat, yang menangani kasus ini secara
khusus.
“Ya, karena wilayah
TKP-nya masuk Bogor, maka kasusnya kami dikoordinasikan dengan pihak
sana. Namun kami masih berupaya melakukan pengungkapan,” kata Mulyadi
seperti ditulis VIVAnews, Selasa, (2/10/2012.
Mulyadi menduga,
pelaku yang tak lain mantan pacar korban dan bekerja sebagai sopir D03
jurusan Parung-Depok, masih berada di wilayah Depok dan sekitarnya. Saat
ini, upaya pengejaran itu masih dilakukan.
“Kemungkinan belum
jauh. Terkait hal itu, kami juga melakukan upaya penyempitan ruang gerak
pelaku dengan menyisir terminal dan stasiun,” katanya.
AAS siswi kelas III
SMP swasta di Depok itu diduga diculik dan sempat mendapat perlakuan
kasar disertai pelecehan seksual. Selain itu, korban nyaris dijadikan
korban traficking oleh CP. AAS disekap selama seminggu di empat tempat
berbeda. Dia dipaksa melayani tiga pria dan dipaksa minum minuman keras.
Sambil berharap
polisi berhasil mengusut tuntas pelaku dan motifnya, ada baiknya para
orang tua mulai berfikir untuk mengontrol anak-anaknya yang sudah ABG.
Terutama ketika ia sudah mulai gandrung akan social media dan gemar
internetan. Perlu kehati-hatian agar kejadian yang menimpa AAS tidak
terulang kembali. Karena saat ini FB mulai mengintai anak sekolahan.
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2012/10/06/komnas-pa-penculikan-lewat-fb-sindikat-perdagangan-manusia-499382.html
0 komentar:
Posting Komentar